Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Tradisi Mane'e di Sulawesi Utara

Kakorotan adalah kawasan kepulauan yang mencakup pulau: Kakorotan, Intata, dan Malo.secara administrative kepulauan tersebut termasuk dalam wilayah kabupaten kepulauan talaud, Sulawesi utara. Di kawasan pulau pulau kecil yang berada di penghujung utara Indonesia itu sejak abad ke-16 ada sebuah upacara adat yg di sebut mane’e yang bermakna “mengambil ikan di laut secara bersama setelah ada musyawarah mufakat”.
Tradisi Mane'e
Mane’e adalah tradisi lisan yang spesifik yang telah berlangsung berabad abad dan diperkirakan berlangsung sebelum abad XV dan terekam melalui sejarah kelisanan mulai abad XIV, saat dokumen dan  catatan sejarah mulai ada.tradisi mane’e di kalangan masyarakat talaud merupakan bagian dari keunikan lokal dan sebuah  peristiwa sosial.

Upacara tradisi mane’e mengandung kearifan kearifan lokal masyarakat yang hidup sangat bersahaja.upacara mane’e bagi masyarakat pulau talaud yang hidup di kawasan pesisir pantai, sebuah pulau kecil di kepulauan talaud merupakan tradisi turun temurun.Tradisi mane’e merupakan tradisi upacara adat masyarakat pesisir kepulauan talaud, yang berisi kegiatan menangkap ikan secara tradisional yang dilakukan setahun sekali pada waktu yang telah di tentukan.

Pelaksanaannya ketika air pasang tertinggi dan pasang surut terendah pada bulan purnama atau awal bulan mati yang didasarkan pada perhitungan pergerakan bintang. Dalam upacara tradisi mane’e diiringi doa atau puji-pujian dalam bentuk mantra. Ikan ikan akan berdatangan dalam kolam kolam buatan yang telah di siapkan. Menyikapi fenomena alam tersebut masyarakat pesisir pulau kakorotan kepulauan talaud melakukan kegiatan menangkap ikan yang disebut mane’e. Tradisi upacara menangkap ikan secara tradisional, dalam pelaksanaanya ada beberapa mantra yang di ucapkan oleh tua adat dan tokoh masyarakat, tetapi tradisi mane’e merupakan tradisi yang unik pada masyarakat pulau kakorotan kepulauan talaud.mereka memilih mane’e sebagai sarana upacara tradisi dalam kegiatan menangkap ikan.

Tradisi upacara mane’e yang dipilih karna didasarkan atas pertimbangan nilai nilai kearifan local, yang terdapat dalam upacara tradisi mane’e, sesuai dengan nilai nilai yang berlaku pada masyarakat pesisir pulau kakorotan saat ini.misalnya nilai nilai keagamaan, pranata sosial dan adat. Bagi pemerintah Sulawesi utara, tradisi mane’e merupakan budaya yang memiliki asset yang paling berharga, yang bisa dijadikan sebagai salah satu daya tarik dibidang pariwisata. Namun, kini upacara mane’e mulai dirasakan oleh sosok tokoh yang bisa memimpin upacara Mane’e kian sulit di temukan.Jangankan untuk memimpin upacara adat, Masyarakat  pesisir pulau kakorotan yang paham akan nyanyian,syair, dan mantra dalam upacara tradisi mane’e pun kini terus berkurang.

PERLENGKAPAN YANG DIPERLUKAN PADA TRADISI MANE'E
Perlengkapan yang perlu dipersipkan dalam upacara mane’e ini adalah ;
  1. Jubih (panah laut)
  2. Saringan / keranjang
  3. Jaring berbentuk segiempat yang terbuat dari janur kelapa dan tali hutan. Jaring ini dibuat secara bergotong royong oleh seluruh warga kakorotan sehingga panjangnya dapat mencapai tiga kilometer.
TAHAPAN DALAM UPACARA MANE'E
Sebagaimana upacara pada umumnya, upacara mane’e juga dilakukan secara bertahap. Ada empat tahap yang harus dilalui dalam upacara ini, yaitu :
  1. Tahap maraca pundagi atau memotong tali hutan yang diadakan tiga hari sebelum tradisi mane’e diadakan;
  2. Tahap doa selamatan yang dipimpin oleh para tetua adat (mangolom para) di pulau kakorotan; 
  3. Tahap penentu waktu dan zona upacara di pulau intata ( sekitar 600 meter arah utara pulau kakorotan). Penentu waktu ini didasarkan pada posisi bulan yang akan berpengaru pada pasang surutnya air laut;
  4. Tahap mane’e atau menangkap ikan secara beramai ramai di tepi laut. Sedangkan, pihak pihak yang terlibat dalam upacara mane’e adalah para tetua dat, tokoh masyarakat, warga masyarakat di kepulauan kakorotan, dan sebagian warga di luar kepulauan kakorotan yang mendapat undangan atau ingin menyaksikan jalannya upacara.
PROSESI MANE'E
Setelah masa eha berakhir, para tetua adat di Kepulauan Kakorotan mulai menggambarkan kepada warganya agar mereka bersiap siap untuk mengadakan pesta mane’e  baik didarat maupun dilaut secara besar besaran. Kabar ini kemudian disampaikan oleh warga kepada warga lainnya yang sedang merantau atau berada di luar wilayah Kakorotan. Tiga hari sebelum upacara mane’e para warga di Pulau Kakorotan mulai melangsungkan upacara pengambilan tali didalam hutan. Setelah itu, dilanjudkan lagi dengan upacara doa selamatan yang dipimpin oleh para tetua adat (mangolom para) di Pulau Kakorotan. Selanjudnya, diadakan musyawarah untuk menentukan waktu dan tempat upacara mane’e yang disesuaikan dengan peredaran bulan mengelilingi bumi. Pada saat para kepala adat melakukan musyawarah tersebut, warga di Pulau Kakorotan mulai merajut jaring dari bahan janur kelapa dan tali hutan. Setelah jaring siap, pagi hari menjelang upacara jaring janur tersebut di bawa secara beramai ramai untuk di tebarkan( mamoto’ sammi) kelaut yang sedang pasang. Sebelum memasang jaring, mereka membuat semacam kubangan seluas 400 meter persegi yang nantinya akan digunakan untuk memerangkap ikan ketika air laut sedang surut. Saat seluruh peserta upacara telah berada di tepi pantai, menjelang tengah hari jaring yang telah  di pasang tersebut kemudian ditarik kepantai. Penggiringan ikan - ikan ke kubangan itu memakan waktu sekitar empat hingga lima jam. Dan apabila ikan ikan telah terkumpul di kubangan, warga  pun segera menangkap ikan dengan menggunakan jubih (panah laut) , saringan atau dengan tangan kosong. Ikan hasil tangkapan itu kemudian ada yang dibawa pulang dan ada pula yang dibagikan kepada pengunjung atau wisatawan untuk dibakar dan dimakan bersama sama. Ritual mane’e diakhiri dengan doa bersama sebagai rasa syukur kepada Tuhan (Manarimma alama).

Sumber : Olandiani pasa’bi. Tradisi Mane'e

Semoga Bermanfaat...

Posting Komentar untuk "Tradisi Mane'e di Sulawesi Utara"